PEMBELAJARAN BERBASIS
WEB (E-LEARNING)
Oleh
Lilis Nurwati
NIM. 11867007
A.
Konsep Pembelajaran Berbasis Web
Pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website)
yang bisa diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web atau
yang dikenal juga dengan “web based
learning” merupakan salah satu jenis penerapan pembelajaran elektronik (e-learning).
Dalam salah satu publikasinya di situs about-elearning.com
(dalam Rusman, 2009: 115), Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan
dan Pengembangan (The American Society
for Training and Development/ASTD) (2009), mengemukakan definisi e-learning sebagai berikut.
“E-learning is a broad set of
application and processes which include web-based learning, computer-based
learning, virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the
internet, internets, saudio and videotape, satellite broadcast, interactive TV,
and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending on the organization
and how it is used but basically it is involves electronic means communication,
education, and training.”
Definisi tersebut meyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran
berbasis web (web-based learning),
pembelajaran berbasis computer (computer
based learning), kelas virtual (virtual
classrooms) dan/atau kelas digital (digital
classroom). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut
kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio,
penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM. Definisi ini juga
menyatakan bahwa definisi dari e-learning
itu bisa bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk juga
apa tujuan penggunaannya.
Definisi ini juga menyiratkan simpulan yang menyatakan bahwa e-learning pada dasarnya adalah pengaplikasian
kegiatan komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara elektronik. Definisi daari
ACTD inilah yang banyak digunakan/dijadikan pedoman oleh institusi-institusi
pendidikan/penyedia layanan/perangkat lunak e-learning,
contohnya learnframe.com yang
menyediakan sistem majemen e-learning,
atau aplikasi Content Management System(CMS)
e-learning MOODLE yang banyak
digunakan oleh institusi pendidikan konvensional dalam kegiatan blended learning-nya.
E-learning tidaklah sama dengan pembelajaran
konvensional. E-learning memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
1.
Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur
komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchrounus), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchrounus), seperti forum, mailing
list atau buku tamu.
2.
Independency (Kemandirian); fleksibilitas dalam
aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan
pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada siswa (student centered learning).
3.
Accessibility (Aksesibilitas); sumber-sumber
belajar menjadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan
internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar
pada pembelajaran konvensional.
4.
Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran,
presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan
penggunaan perangkat teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan animasi.
Keempat karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan e-learning dari kegiatan pembelajaran
secara konvensional. Dalam e-learning,
daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung kepada
instruktur/guru, karena siswa mengonstruksi sendiri ilmu pengetahuannya melalui
bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interface
situs web. Dalam e-learning pula,
sumber ilmu pengetahuan tersebar di mana-mana serta dapat diakses dengan mudah
oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media internet yang mengglobal dan
bisa diakses oleh siapa pun yang terkoneksi ke dalamnya. Terakhir, dalam e-learning pengajar/lembaga pendidikan
berfungsi sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan.
E-learning adalah segala aktivitas belajar yang
menggunakan bantuan teknologi elektronik. E-learning
juga dapat diaplikasikan dalam pendidikan konvensional dan pendidikan jarak
jauh. Web-based learning merupakan
salah satu bentuk e-learning yang materi (content) maupun cara penyampaiannya (delivery method) melalui internet (web).
Web dapat menciptakan sebuah lingkungan belajar maya (Virtual Learning Environment).
Lingkungan belajar yang disediakan oleh web dilengkapi dengan beberapa
fasilitas yang dapat kita kombinasikan penggunaannya untuk mendukung proses
pembelajaran, antara lain forum diskusi, chat, penilaian online, dan sistem administrasi. Lingkungan belajar maya yang
disediakan oleh web berfungsi sebagaimana limgkungan belajar konvensional yang
dapat menyampaikan informasi kepada pembelajar. Sebagai contohnya, pembelajar
dapat berkolaborasi dan berbagi informasi antara satu dengan lainnya. Namun
perlu diingat, sebagaimana pun hebatnya web dalam memfasilitasi pembelajaran,
fokus utama yang perlu diperhatikan adalah diri pembelajar itu sendiri, karena
teknologi itu sendiri hanya merupakan sebuah sarana bagi kita untuk mempermudah
proses pembelajaran.
Salah satu nilai penting dari penggunaan web sebagai media
web dilengkapi dengan hyperlink yang
memungkinkan untuk menggakses informasi secara acak (non linear) yang berdampak pada kecepatan kita untuk memperoleh
informasi yang ada di dalam web.
B.
Fungsi dan Manfaat Pembelajaran
Berbasis Web
Pembelajaran berbasis web memiliki manfaat yang banyak bagi
peserta didiknya. Bila dirancang dengan baik dan tepat, maka pembelajaran
berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan, memiliki unsure
interaktivitas yang tinggi, menyebabkan peserta didik mengingat lebih banyak
materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya operasional yang biasanya
dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran (contohnya uang
jajan, biaya transfortasi sekolah).
Dikarenakan sifatnya yang maya/virtual, pembelajaran berbasis web dianggap telah memberikan
fleksibilitas terhadap kegiatan pengaksesan materi pembelajaran. Penghantaran
materi pembelajaran kini tidak lagi tergantung pada medium fisik seperti buku
pelajaran cetak atau CD-ROM. Materi pembelajaran kini berbentuk data digital
yang bisa di decode (diuraikan)
melalui perangkat elektronik seperti komputer, smartphone, telepon seluler atau piranti elektronik lainnya.
Di ssamping beberapa keunggulan tersebut, pembelajaran
berbasis web juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya interaksi langsung antara
siswa dan guru yang disebabkan oleh banyak factor teknis. Menyikapi hal
tersebut, Kruse berpandangan, dengan semakin majunya teknologi internet dan
jaringan, dengan semakin lebarnya bandwidth dan semakin cepatnya koneksi
internet beberapa tahun belakangan ini, maka kelemahan terbesar dari
pembelajaran berbasis web ini bisa diminimalisasi dalam beberapa tahun ke
depan.
C.
Memilih Metode Pembelajaran Berbasis
Web yang Sesuai
Ada dua langkah yag harus dilakukan untuk menentukan metode
pembelajaran berbasis web jenis apa yang cocok untuk diterapkan dalam suatu
kondisi pembelajaran.
Langkah pertama adalah menentukan terlebih dahulu tipe pembelajaran yang akan
disampaikan. Analisis kebutuhan dilakukan pada langkah ini, untuk menentukan
ranah mana yang akan disentuh ddalam oleh proses pembelajaran ini, apakah
kognitif, psikomotor, atau afektif.
Dalam pembelajaran berbasis web untuk mengelompokan tujuan
pembelajaran atau pelatihan sehingga pengembang program dapat mengetahui jenis
kemampuan kognitif yang masing-masingnya membutuhkan penyampaian informasi,
latihan dan penilaian yang berbeda. Bloom, Hasting, dan Madaus
mengidentifikasikan keenam tingkat kecerdasan dan kemampuan yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasikan tujuan kognitif. Pemahaman terhadap
tingkatan yang berbeda tersebut sangat penting karena akan menentukan metode
pembelajaran/pelatihan mana yang akan digunakan dalam menyampaikan materi.
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengelompokan tujuan
pembelajaran dalam pembelajaran berbasis web adalah penting. Cara untuk
menganalisis tujuan tersebut berada pada kelompok highly structured atau ill-structured.
Kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi
digolongkan dalam highly structured.
Evaluasi dapat dilakukan dengan jawaban benar-salah, kinerja mudah terlihat dan
terukur, dan aplikasi variasi pengetahuan antarsituasi sangat sedikit.
Analisis, sintesis, dan evaluasi dikelompokan sebagai pembelajaran ill-structured karena melibatkan
kemampuan terapan dan pengetahuan terhadap permasalahan yang kompleks dan
membutuhkan kombinasi pemecahan masalah yang kompleks antara konsep, prinsip,
dan teori. Aplikasi dari pengetahuan ill-structured
ini juga mengharuskan pembelajar mengaplikasikan pengetahuan ke dalam situasi
yang berbeda antara satu permasalahan lainnya dan pada permasalahan yang tidak
memiliki satu jawaban yang tepat.
Ketika tujuan telah dianalisis dan dikelompokan maka
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran/silabus dibuat untuk merancang proses
pembelajaran dari tujuan yang telah disusun. Strategi pembelajaran kemudian
dipilih. Strategi pembelajaran membantu dalam merencanakan empat fase
pembelajaran bagi pembelajar, yaitu: penyampaian informasi, latihan dengan
bimbingan, latihan mandiri dan tes.
Langkah kedua dari pemilihan proses pembelajaran, adalah memilih tipe pembelajaran
berbasis web yang paling tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk
mulai memilih tipe pembelajaran berbasis web mana yang paling tepat, pertama
tentukan ranah pembelajaran yang paling merepresentasikan tujuan, yaitu
kognitif, psikomotor, atau afektif. Jika ranah tujuan tersebut adalah kognitif,
tentukan tingkat kemampuan kognitif, dan lihat, apakah termasuk permasalahan
belajar highly structured atau ill-structured.
Pembagian ini dilakukan berdasarkan pertanyaan yang
memperjelas kebutuhan pembelajaran dari program pembelajaran berbasis web yang
akan dibuat, yaitu:
1.
Apakah
tujuan pembelajaran terukur?
2.
Apakah
pembelajaran ditujukan untuk individual, atau dalam tim, kelompok atau
berpasangan?
3.
Apakah
ada satu solusi pasti pada permasalahan yang dihadapi?
4.
Akankah
pengalaman pembelajar menjadi salah satu sumber belajar dalam program?
5.
Apakah
pembelajar perlu berinteraksi antara satu dan lainnya?
Pada akhirnya review keempat jenis
pembelajaran berbasis web tersebut dan pilih berdasarkan ranah pembelajaran dan
tujuan dari pembelajaran yang akan disampaikan.
Sebelum merancang pembelajaran yang
berbasis web, beberapa hal harus dilaksanakan. Pertama tipe pembelajaran
berdasarkan ranah yang akan disentuh dari tujuan pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya, jika ranah yang hendak disentuh adalah ranah kognitif, maka
tentukan lagi materi pembelajaran tersebut mengarah pada kemampuan kognitif
yang mana. Jika sudah ditemukan, maka pilih jenis pembelajaran berbasis web yang
paling sesuai. Sebagaimana karakteristik media pada umumnya, tidak ada jenis
pembelajaran berbasis web yang paling baik untuk semua jenis pembelajaran. oleh
karena itu, langkah-langkah untuk menentukan jenis pembelajaran yang mana yang
hendak dipergunakan dalam suatu kondisi pembelajaran maupun pelatihan, harus
benar-benar diperhatikan dan dilakukan dengan teliti sehingga pembelajaran
berbasis web yang dikembangkan dapat tercapai tujuan pembelajaran dengan baik.
D.
Pemanfaatan E-learning untuk
Pembelajaran
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning
merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan
Cambel (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam
pendidikan sebagai hakikat e-learning
. bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari
elektronik dalam e-learning digunakan
sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pembelajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, intranet, satelit,
tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media
elektronik yang digunakan pembelajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama)
ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu
yang berbeda). Materi pembelajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui
media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Ia juga
harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion
group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang
yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada
pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada
waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana
pembelajaran ‘e-learning’ akan
‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif
sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru/dosen dalam
arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan
wakil dosen/guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning
sebagai berikut.
Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi,
komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang
dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional,
kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis computer) sehingga
dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Ketiga, e-learning tidak berarti mengantikan model
belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut
melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk, isi, dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan
antarcontent dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik
kapasitas siswa yang pada gilirannya akan member hasil yang lebih baik.
Untuk dapat menghasilkan e-learning
yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang
wajib dipenuhi dalam merancang e-learning
, yqaitu: sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan
peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan
pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu
belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan
belajar pada menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan
dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya,
serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta
didik betah berlama-lama di depan komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang
dengan kecepatan, respons yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta
didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat
mungkin oleh pengajar atau pengelola.
E. Teknologi Pendukung E-Learning
Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu
dikenal istilah: computer based learning
(CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan computer; dan computer assested learning (CAL) yaitu
pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama computer. Teknologi pembelajaran
terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: Technology based
learning dan Technologi based
web-learning. Technologi based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio,
audio tape, vice mail, telephone) dan Video
Information Technologies (video tape, video teks, video messaging).
Sedangkan Technologi based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (bulletin
board, internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah
kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data,
audio/video). Teknologi ini juga sering dipakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimaksudkan agar
komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara banyak
fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar
internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”.
Sedangkan Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada
dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan,
yang membuatnya mampu mempeerbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan
kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada
pengguna melalui computer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada
pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli
paradigma tradisional dalam pelatihan.
Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang
salah satunya adalah sistem “dot.com
educational system”( Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat
mengintegrasikan beberapa sistem seperti, Pertama,
paradigma virtual teacher resources,
yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa
tidak harus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya
(virtual teacher) dan sebagian besar
diambil alih oleh sistem belajar tersebut. Kedua,
virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan
pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu.
Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak terbatas. Siswa dapat melakukan
kegiatan belajar kapan saja, di mana saja dan dari mana saja. Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com learning resources system. Merupakan pendukung kedua
paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik
yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet. Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan
peran internet.
F. Pengembangan Model E-Learning
Pendapat Haughey (Rusman, 2007) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan
sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.
Web course adalah penggunaan internet untuk
keperluan pendidikan, yang mana mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan
tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya
disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem
jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian
materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka.
Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini dosen bisa memberikan petunjuk
pada mahasiswa untuk mempelajari materi perkuliahan melalui web yang telah
dibuatnya. Mahasiswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari
situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, mahasiswa dan dosen lebih banyak
diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk
menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi
internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara mahasiswa
dengan dosen, sessama mahasiswa, anggota kelompok, atau mahasiswa dengan narra
sumber lain. Oleh karena itu, peran dosen dalam hal ini dituntut untuk
menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari
dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan perkuliahan, menyajikan
materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi
melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
G.
Kelebihan dan Kekurrangan E-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khusunya dalam pendidikan
jarak jauh (Soekarwati, 2002; Munvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain.
1.
Tersedianya
fasilitas e-moderating di mana guru
dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara
regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2.
Guru
dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur
dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai
berapa jauh bajar dipelajari.
3.
Siswa
dapat belajar atau me-review bahan perkuliahan setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengngat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.
Bila
siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5.
Baik
guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya
peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7.
Relatif
lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari sekolah atau
perguruan tinggi.
Walaupun demikian, pemanfaatan
internet untuk pembelajaran atau e-learning
juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001,
Beam, 1997), antara lain:
1.
Kurangnya
interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya
interaksi ini dapat memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran;
2.
Kecenderungan
mengabaikan aspek psikomotorik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek komersial;
3.
Proses
pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
4.
Berubahnya
peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang berbasis pada ICT;
5.
Siswa
yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
6.
Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet atau jaringan;
7.
Kurangnya
tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet;
8.
Kurangnya
personal dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.
(Sumber:
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi/Mengembangkan
Profesionalitas Guru, karangan: Dr. Rusman, M.Pd., Dr. Deni Kurniawan, M. Pd.,
Cepi Riyana, M. Pd.)