Kamis, 04 Oktober 2012

Tugas ke 13, (e-learning)




PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (E-LEARNING)
Oleh
Lilis Nurwati
NIM. 11867007
 


A.       Konsep Pembelajaran Berbasis Web
Pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan “web based learning” merupakan salah satu jenis penerapan pembelajaran elektronik (e-learning).
Dalam salah satu publikasinya di situs about-elearning.com (dalam Rusman, 2009: 115), Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan (The American Society for Training and Development/ASTD) (2009), mengemukakan definisi e-learning sebagai berikut.
“E-learning is a broad set of application and processes which include web-based learning, computer-based learning, virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the internet, internets, saudio and videotape, satellite broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending on the organization and how it is used but basically it is involves electronic means communication, education, and training.”
Definisi tersebut meyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning), pembelajaran berbasis computer (computer based learning), kelas virtual (virtual classrooms) dan/atau kelas digital (digital classroom). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM. Definisi ini juga menyatakan bahwa definisi dari e-learning itu bisa bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk juga apa tujuan penggunaannya.
Definisi ini juga menyiratkan simpulan yang menyatakan bahwa e-learning pada dasarnya adalah pengaplikasian kegiatan komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara elektronik. Definisi daari ACTD inilah yang banyak digunakan/dijadikan pedoman oleh institusi-institusi pendidikan/penyedia layanan/perangkat lunak e-learning, contohnya learnframe.com yang menyediakan sistem majemen e-learning, atau aplikasi Content Management System(CMS) e-learning MOODLE yang banyak digunakan oleh institusi pendidikan konvensional dalam kegiatan blended learning-nya.
E-learning tidaklah sama dengan pembelajaran konvensional. E-learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
1.        Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchrounus), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchrounus), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
2.        Independency (Kemandirian); fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada siswa (student centered learning).
3.        Accessibility (Aksesibilitas); sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
4.        Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan animasi.
Keempat karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan e-learning dari kegiatan pembelajaran secara konvensional. Dalam e-learning, daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung kepada instruktur/guru, karena siswa mengonstruksi sendiri ilmu pengetahuannya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interface situs web. Dalam e-learning pula, sumber ilmu pengetahuan tersebar di mana-mana serta dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media internet yang mengglobal dan bisa diakses oleh siapa pun yang terkoneksi ke dalamnya. Terakhir, dalam e-learning pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan.
E-learning adalah segala aktivitas belajar yang menggunakan bantuan teknologi elektronik. E-learning juga dapat diaplikasikan dalam pendidikan konvensional dan pendidikan jarak jauh. Web-based learning merupakan salah satu bentuk e-learning yang materi (content) maupun cara penyampaiannya (delivery method) melalui internet (web).
Web dapat menciptakan sebuah lingkungan belajar maya (Virtual Learning Environment). Lingkungan belajar yang disediakan oleh web dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang dapat kita kombinasikan penggunaannya untuk mendukung proses pembelajaran, antara lain forum diskusi, chat, penilaian online, dan sistem administrasi. Lingkungan belajar maya yang disediakan oleh web berfungsi sebagaimana limgkungan belajar konvensional yang dapat menyampaikan informasi kepada pembelajar. Sebagai contohnya, pembelajar dapat berkolaborasi dan berbagi informasi antara satu dengan lainnya. Namun perlu diingat, sebagaimana pun hebatnya web dalam memfasilitasi pembelajaran, fokus utama yang perlu diperhatikan adalah diri pembelajar itu sendiri, karena teknologi itu sendiri hanya merupakan sebuah sarana bagi kita untuk mempermudah proses pembelajaran.
Salah satu nilai penting dari penggunaan web sebagai media web dilengkapi dengan hyperlink yang memungkinkan untuk menggakses informasi secara acak (non linear) yang berdampak pada kecepatan kita untuk memperoleh informasi yang ada di dalam web.

B.        Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web
Pembelajaran berbasis web memiliki manfaat yang banyak bagi peserta didiknya. Bila dirancang dengan baik dan tepat, maka pembelajaran berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan, memiliki unsure interaktivitas yang tinggi, menyebabkan peserta didik mengingat lebih banyak materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya operasional yang biasanya dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran (contohnya uang jajan, biaya transfortasi sekolah).
Dikarenakan sifatnya yang maya/virtual, pembelajaran berbasis web dianggap telah memberikan fleksibilitas terhadap kegiatan pengaksesan materi pembelajaran. Penghantaran materi pembelajaran kini tidak lagi tergantung pada medium fisik seperti buku pelajaran cetak atau CD-ROM. Materi pembelajaran kini berbentuk data digital yang bisa di decode (diuraikan) melalui perangkat elektronik seperti komputer, smartphone, telepon seluler atau piranti elektronik lainnya.
Di ssamping beberapa keunggulan tersebut, pembelajaran berbasis web juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya interaksi langsung antara siswa dan guru yang disebabkan oleh banyak factor teknis. Menyikapi hal tersebut, Kruse berpandangan, dengan semakin majunya teknologi internet dan jaringan, dengan semakin lebarnya bandwidth dan semakin cepatnya koneksi internet beberapa tahun belakangan ini, maka kelemahan terbesar dari pembelajaran berbasis web ini bisa diminimalisasi dalam beberapa tahun ke depan.

C.        Memilih Metode Pembelajaran Berbasis Web yang Sesuai
Ada dua langkah yag harus dilakukan untuk menentukan metode pembelajaran berbasis web jenis apa yang cocok untuk diterapkan dalam suatu kondisi pembelajaran.
Langkah pertama adalah menentukan terlebih dahulu tipe pembelajaran yang akan disampaikan. Analisis kebutuhan dilakukan pada langkah ini, untuk menentukan ranah mana yang akan disentuh ddalam oleh proses pembelajaran ini, apakah kognitif, psikomotor, atau afektif.
Dalam pembelajaran berbasis web untuk mengelompokan tujuan pembelajaran atau pelatihan sehingga pengembang program dapat mengetahui jenis kemampuan kognitif yang masing-masingnya membutuhkan penyampaian informasi, latihan dan penilaian yang berbeda. Bloom, Hasting, dan Madaus mengidentifikasikan keenam tingkat kecerdasan dan kemampuan yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan tujuan kognitif. Pemahaman terhadap tingkatan yang berbeda tersebut sangat penting karena akan menentukan metode pembelajaran/pelatihan mana yang akan digunakan dalam menyampaikan materi.
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengelompokan tujuan pembelajaran dalam pembelajaran berbasis web adalah penting. Cara untuk menganalisis tujuan tersebut berada pada kelompok highly structured atau ill-structured. Kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi digolongkan dalam highly structured. Evaluasi dapat dilakukan dengan jawaban benar-salah, kinerja mudah terlihat dan terukur, dan aplikasi variasi pengetahuan antarsituasi sangat sedikit. Analisis, sintesis, dan evaluasi dikelompokan sebagai pembelajaran ill-structured karena melibatkan kemampuan terapan dan pengetahuan terhadap permasalahan yang kompleks dan membutuhkan kombinasi pemecahan masalah yang kompleks antara konsep, prinsip, dan teori. Aplikasi dari pengetahuan ill-structured ini juga mengharuskan pembelajar mengaplikasikan pengetahuan ke dalam situasi yang berbeda antara satu permasalahan lainnya dan pada permasalahan yang tidak memiliki satu jawaban yang tepat.
Ketika tujuan telah dianalisis dan dikelompokan maka Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran/silabus dibuat untuk merancang proses pembelajaran dari tujuan yang telah disusun. Strategi pembelajaran kemudian dipilih. Strategi pembelajaran membantu dalam merencanakan empat fase pembelajaran bagi pembelajar, yaitu: penyampaian informasi, latihan dengan bimbingan, latihan mandiri dan tes.
Langkah kedua dari pemilihan proses pembelajaran, adalah memilih tipe pembelajaran berbasis web yang paling tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk mulai memilih tipe pembelajaran berbasis web mana yang paling tepat, pertama tentukan ranah pembelajaran yang paling merepresentasikan tujuan, yaitu kognitif, psikomotor, atau afektif. Jika ranah tujuan tersebut adalah kognitif, tentukan tingkat kemampuan kognitif, dan lihat, apakah termasuk permasalahan belajar highly structured atau ill-structured.
Pembagian ini dilakukan berdasarkan pertanyaan yang memperjelas kebutuhan pembelajaran dari program pembelajaran berbasis web yang akan dibuat, yaitu:
1.        Apakah tujuan pembelajaran terukur?
2.        Apakah pembelajaran ditujukan untuk individual, atau dalam tim, kelompok atau berpasangan?
3.        Apakah ada satu solusi pasti pada permasalahan yang dihadapi?
4.        Akankah pengalaman pembelajar menjadi salah satu sumber belajar dalam program?
5.        Apakah pembelajar perlu berinteraksi antara satu dan lainnya?
Pada akhirnya review keempat jenis pembelajaran berbasis web tersebut dan pilih berdasarkan ranah pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran yang akan disampaikan.
Sebelum merancang pembelajaran yang berbasis web, beberapa hal harus dilaksanakan. Pertama tipe pembelajaran berdasarkan ranah yang akan disentuh dari tujuan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya, jika ranah yang hendak disentuh adalah ranah kognitif, maka tentukan lagi materi pembelajaran tersebut mengarah pada kemampuan kognitif yang mana. Jika sudah ditemukan, maka pilih jenis pembelajaran berbasis web yang paling sesuai. Sebagaimana karakteristik media pada umumnya, tidak ada jenis pembelajaran berbasis web yang paling baik untuk semua jenis pembelajaran. oleh karena itu, langkah-langkah untuk menentukan jenis pembelajaran yang mana yang hendak dipergunakan dalam suatu kondisi pembelajaran maupun pelatihan, harus benar-benar diperhatikan dan dilakukan dengan teliti sehingga pembelajaran berbasis web yang dikembangkan dapat tercapai tujuan pembelajaran dengan baik.
D.     Pemanfaatan E-learning untuk Pembelajaran
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambel (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning . bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan pembelajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pembelajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru/dosen dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil dosen/guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut.
Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis computer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Ketiga, e-learning tidak berarti mengantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk, isi, dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antarcontent dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan member hasil yang lebih baik.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning , yqaitu: sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan belajar pada menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respons yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.

E.      Teknologi Pendukung E-Learning
Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan computer; dan computer assested learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama computer. Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning dan Technologi based web-learning. Technologi based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, vice mail, telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video teks, video messaging). Sedangkan Technologi  based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (bulletin board, internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering dipakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimaksudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”.
Sedangkan Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu mempeerbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui computer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.
Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah satunya adalah sistem “dot.com educational system”( Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat mengintegrasikan beberapa sistem seperti, Pertama, paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak harus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh sistem belajar tersebut. Kedua, virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak terbatas. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, di mana saja dan dari mana saja. Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com learning resources system. Merupakan pendukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet. Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran internet.

F.       Pengembangan Model E-Learning
Pendapat Haughey (Rusman, 2007) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini dosen bisa memberikan petunjuk pada mahasiswa untuk mempelajari materi perkuliahan melalui web yang telah dibuatnya. Mahasiswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, mahasiswa dan dosen lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, sessama mahasiswa, anggota kelompok, atau mahasiswa dengan narra sumber lain. Oleh karena itu, peran dosen dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan perkuliahan, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

G.     Kelebihan dan Kekurrangan E-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khusunya dalam pendidikan jarak jauh (Soekarwati, 2002; Munvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain.
1.        Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2.        Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bajar dipelajari.
3.        Siswa dapat belajar atau me-review bahan perkuliahan setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengngat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.        Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5.        Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.        Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7.        Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari sekolah atau perguruan tinggi.
Walaupun demikian, pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain:
1.        Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini dapat memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran;
2.        Kecenderungan mengabaikan aspek psikomotorik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersial;
3.        Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
4.        Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang berbasis pada ICT;
5.        Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
6.        Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet atau jaringan;
7.        Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet;
8.        Kurangnya personal dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.


(Sumber: Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi/Mengembangkan Profesionalitas Guru, karangan: Dr. Rusman, M.Pd., Dr. Deni Kurniawan, M. Pd., Cepi Riyana, M. Pd.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar